Rabu, 01 Agustus 2012

Start Living before You Start Dying

Mungkin sudah seminggu tidak ada sms atau email dari makhluk berjenis kelamin betina berstatus lajang. Dan sudah 3 hari saya bangun subuh jam 6, tidur lagi sampai jam 7, pulang kantor tepat waktu, main xbox, tidur. Apakah kedua fenomena ini saling berkaitan, saya belum tahu.

Setelah dapat alamat twitter dari kekasih tercinta (yang sudah tidak berhubungan), saya mulai living the past, and hoping the impossible.

Berkali-kali saya jumpai ungkapan 'nothing is impossible', tapi kenyataannya adalah memang tidak ada yang tidak mungkin, tapi usahanya jauh lebih sulit dibandingkan dengan mengerjakan yang 'possible' saja. Misalnya berharap menikah dengan Agnes Monica adalah bisa dikategorikan impossible. Karena usaha untuk mencapai hal itu adalah jauh lebih sulit dibandingkan kalau menikah dengan anak pak Lurah kampung sebelah. Berharap punya mobil Mercedes SPS AMG adalah impossible. Karena akan banyak keinginan dan kebutuhan dan kewajiban yang mesti ditinggalkan untuk mencapai hal itu. Padahal, kuantitas hal-hal yang 'possible' pun jauh lebih banyak daripada yang 'impossible'.Mengapa masih hoping the impossible?

I just want it, ya Allah. Nothing is impossible for you.

Seumur hidup, saya jarang sekali menginginkan sesuatu, so bad. Biasanya, kalau dapat rasanya ngga seneng-seneng amat, ngga dapet juga ngga sedih. Karena dari kecil saya terbiasa tidak mendapatkan apapun yang saya inginkan, membuat pikiran bawah sadar saya menerima apapun yang saya punya saat itu, dan tidak berharap lebih. Pikiran bawah sadar inilah yang membentuk karakter saya saat ini. Bahkan hingga ke kegiatan makan. Kalau ada makanan ya makan, ngga ada ya ngga makan, tidur aja.

Hal-hal yang sangat saya inginkan:
menikah dengan pacar saya : gagal (kalau belum berhasil = hoping the impossible)
punya ninja 250: gagal (kalau belum berhasil = mengorbankan adik saya = hoping the impossible)
bekerja di perusahaan mobil : gagal (Mercedes, Suzuki, Mazda, Kawasaki, Toyota, Isuzu: fail)

Hoping the impossible sebetulnya adalah pedang bermata dua, apabila kita tidak mengetahui kemampuan kita. Sama saja kita melompat ke depan yang berkabut. Bisa jembatan, bisa jurang. Namanya juga hoping kan... Ada yang bilang kalau cuma berharap tidak akan bisa terwujud. Tapi ya itu, apa yang bisa kita lakukan dengan kabut tadi? Sedangkan kita tidak punya waktu untuk menyingkirkan kabut itu.

Jadi saya masih berharap saya bisa mencapai hal-hal yang tidak mungkin bagi saya, karena memang hal-hal itu yang saya inginkan saat ini.


PERHATIAN. Living the past mungkin dapat menyebabkan start dying. But only the past that forms the future.


ps: Saya sedang berusaha untuk living now, dengan belajar main xbox, belajar menikmati kopi, belajar membaca buku, belajar menulis, belajar banyak ke mesjid. Walaupun sering terlintas (dan ditawari sana-sini) untuk wanita baru, tapi tidak terlalu excited. Ada ya ayo, ngga ada juga biasa aja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut